twitter
rss





Description: G:\logo_unej.jpg
 




LANDASAN PENGEMBANGAN KURIKULUM

Mata Kuliah
Telaah dan Pengembangan Kurikulum



KELOMPOK I
Oleh:
Yana Ardiana                                                     110210301008
Oktarina Dian Siska                                           110210301026
Sangidatus Sholiha                                             110210301032
Tohirotul Maghfiroh                                          110210301046
Beta Arin Setyo Utami                                        110210301064

PROGRAM  STUDI  PENDIDIKAN  EKONOMI
JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2013

BAB I               
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Kurikulum sebagai rancangan pendidikan mempunyai kedudukan yang sangat strategis dalam seluruh aspek kegiatan pendidikan. Mengingat pentingnya peranan kurikulum di dalam pendidikan dan dalam perkembangan kehidupan manusia, maka dalam penyusun kurikulum tidak bisa dilakukan tanpa menggunakan landasan yang kokoh dan kuat. Dengan landasan yang kokoh kurikulum yang dihasilkan manusia terdidik sesuai dengan hakikat kemanusiaannya, baik untuk kehidupan masa kini maupun menyongsong kehidupan jauh ke masa yang akan datang.
            Robert S. Zais (1976) mengemukakan empat landasan pokok pengembangan kurikulum, yaitu : philosophy and the nature of knowledge, society and culture, the individual, dan learning theory. Dengan berpedoman pada empat landasan tersebut, maka peranxangan dan pengembangan suatu kurikulum yaitu pengembangan tujuan, pengembangan isi/materi, pengembangan proses pembelajaran, dan pengembangan komponen evaluasi, harus didasarkan pada landasan filosofis, psikologi, serta ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK). Oleh karena itu dalam makalah landasan pengembangan kurikulum ini, akan membahaas keempat jenis landasan tersebut yaitu landasan filosofis, psikologis, sosiologis, serta landasan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana filosofi pengembangan kurikulum 2013?
2.      Apa alasan pengembangan kurikulum?
3.      Apa landasan filosofis, psikologis, sosiologi, dan ilmu pengetahuan dan tekhnologi?



1.3  Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini di harapkan :
a)    Dapat memahami filosofi pengembangan kurikulum 2013
b)        Dapat memahami alasan pengembangan kurikulum
c)    Dapat memahami landasan landasan filosofis, psikologis, sosiologi, dan ilmu pengetahuan dan tekhnologi.


BAB II
PEMBAHASAN
2.1  Filosofi Pengembangan Kurikulum 2013
Di dalam Penjelasan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Bagian Umum dijelaskan bahwa pembaruan pendidikan memerlukan strategi tertentu, dan salah satu strategi pembangunan pendidikan nasional ini adalah ... “2. pengembangan dan pelaksanaan kurikulum berbasis kompetensi.”
Pasal 35 Undang-undang Nomor Nomor 20 Tahun 2003 juga mengatur bahwa ... “(2) Standar nasional pendidikan digunakan sebagai acuan pengembangan kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, dan pembiayaan.” Selanjutnya di dalam penjelasan Pasal 35 dinyatakan bahwa “kompetensi lulusan merupakan kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan standar nasional yanga telah disepakati.”
Pada hakikatnya Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada Pasal 1 Ayat (1) menyebutkan bahwa “Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Dalam rangka mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran tersebut diperlukan suatu kurikulum yang dijadikan sebagai pedoman bagi para pendidik dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran. Kurikulum sebagaimana yang ditegaskan dalam Pasal 1 Ayat (19) Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi, dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.
Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi yang telah dirintis pada tahun 2004 dengan mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan secara terpadu.
2.2  Alasan Pengembangan Kurikulum
Pengembangan kurikulum dalam dunia pendidikan tidak bisa dilepaskan lagi, karena setiap lembaga pendidikan mengingin organisasinya mempunyai perkembangan yang pesat, sehingga dapat menarik para kalangan pendidik, semakin banyak peminat, juga semakin pesat pula input yang dihasilkan oleh lembaga. Pesatnya pendidik pada lembaga pendidikan diukur dari seberapakah para kepala sekolah dan guru dapat memenej di sekolah. Salah satu hal terpenting yang harus dimenej secara  efektif dan efisien adalah masalah kurikulum. Ada beberapa alasan mengapa kurikulum perlu dikembangkan sebaik mungkin, diantaranya;
1)      Tantangan masa depan
a)      Globalisasi : WTO, ASEAN community, APEC, CAFTA
b)      Masalah lingkungan hidup
c)      Kemajuan tekhnologi informasi
d)     Konvergensi ilmu dan tekhnologi
e)      Ekonomi berbasis pengetahuan
f)       Kebangkitan industry kreatif dan budaya
g)      Pergeseran kekuatan ekonomi dunia
h)      Pengaruh dan imbas teknosains
i)        Mutu, investasi dan transformasi pada sector pendidikan
j)        Hasil TIMSS dan PISA
2)      Kompetensi Masa Depan
a)        Kemampuan berkomunikasi
b)        Kemampuan berpikir jenih dan kritis
c)        Kemampuan mempertimbangkan segi moral suatu permasalahan
d)       Kemampuan menjadi warga yang bertanggungjawab
e)        Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda
f)         Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal
g)        Memiliki minat luas dalam kehidupan
h)        Memiliki kesiapan untuk bekerja
i)              Memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat/ minat
j)              Memiliki rasa tanggungjawab terhadap lingkungan
3)   Fenomena negative yang mengemuka
a)        Perkelahian pelajar
b)        Narkoba
c)        Pergaulan bebas
d)       Korupsi
e)        Plagirisme
f)         Kecurangan dalam ujian (mencontek)
g)        Gejolak masyarakat
4)   Persepsi masyarakat
a)      Terlalu menitikberatkan pada aspek kognitif
b)      Beban siswa terlalu berat
c)      Kurang bermuatan karakter
2.3  Landasan Pengembangan Kurikulum
  1. Landasan Filosofis
Secara istilah filsafat berasal dari dua kata Yunani Purba “philien” yang berarti cinta dan “sophia” yang berarti kebijaksanaan. Sedangkan menurut Socrates (dalam Syaripudin 2007) menyebutkan bahwa filsafat adalah cara berfikir secara radikal, menyeluruh, dan mendalam atau cara berfikir yang mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Manfaat filsafat dalam pendidikan adalah untuk memecahkan permasalahan pendidikan.
Kurikulum pada hakekatnya adalah alat untuk mencapai tujuan pendidikan, karena tujuan pendidikan sangat dipengaruhi oleh filsafat maka kurikulum yang dikembangkan pun harus mencerminkan falsafah bangsa. Menurut Redja Mudyahardjo (1989), terdapat tiga sistem pemikiran filsafat yang mempunyai pengaruh yang besar, yaitu aliran Idealisme, aliran Realisme, dan aliran Pragmatisme.
Filsafat berupaya mengkaji berbagai permasalahan yang dihadapi manusia, termasuk masalah pendidikan. Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dari pemikiran-pemikiran filosofis untuk memecahkan masalah - masalah pendidikan.    Filsafat akan menentukan   ke arah mana perserta didik akan dibawa.  Filsafat merupakan perangkat nilai-nilai yang melandasi dan membimbing ke arah pencapaian tujuan pendidikan.
Ada beberapa aspek yang harus diperhatikan dalam pengembangan kurikulum terkait dengan landasan filosofis, yakni:
·         Nation philosophy yang dianut dan disepakati bangsa; yakni keputusan bijak dan strategis bangsa yang menentukan mau ke mana arah pendidikan bangsa ini akan dibawa
·         Basic philosophy of education, yang juga merupakan pilihan bijak para ahli pendidikan untuk menentukan arah pengembangan kurikulumnya
·         Perenialisme lebih menekankan pada keabadian, keidealan, kebenaran dan keindahan dari pada warisan budaya dan dampak sosial tertentu. Pengetahuan dianggap lebih penting dan kurang memperhatikan kegiatan sehari-hari. Pendidikan yang menganut faham ini menekankan pada kebenaran absolut , kebenaran universal yang tidak terikat pada tempat dan waktu. Aliran ini lebih berorientasi ke masa lalu.
·         Essensialisme menekankan pentingnya pewarisan budaya dan pemberian pengetahuan dan keterampilan pada peserta didik agar dapat menjadi anggota masyarakat yang berguna. Matematika, sains dan mata pelajaran lainnya dianggap sebagai dasar-dasar substansi kurikulum yang berharga untuk hidup di masyarakat. Sama halnya dengan perenialisme, essesialisme juga lebih berorientasi pada masa lalu.
·         Eksistensialisme menekankan pada individu sebagai sumber pengetahuan tentang hidup dan makna. Untuk memahami kehidupan seseorang mesti memahami dirinya sendiri. Aliran ini mempertanyakan : bagaimana saya hidup di dunia ? Apa pengalaman itu ?
·         Progresivisme menekankan pada pentingnya melayani perbedaan individual, berpusat pada peserta didik, variasi pengalaman belajar dan proses. Progresivisme merupakan landasan bagi pengembangan belajar peserta didik aktif.
·         Rekonstruktivisme merupakan elaborasi lanjut dari aliran progresivisme. Pada rekonstruktivisme, peradaban manusia masa depan sangat ditekankan. Di samping menekankan tentang perbedaan individual seperti pada progresivisme, rekonstruktivisme lebih jauh menekankan tentang pemecahan masalah, berfikir kritis dan sejenisnya. Aliran ini akan mempertanyakan untuk apa berfikir kritis, memecahkan masalah, dan melakukan sesuatu ? Penganut aliran ini menekankan pada hasil belajar dari pada proses.
Ada empat fungsi filsafat dalam proses pengembangan kurikulum:
  1. Dapat menentukan arah dan tujuan pendidikan
  2. Dapat menentukan isi atau materi pelajaran yang harus diberikan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai.
  3. Dapat menentukan strategi atau cara pencapaian tujuan.
  4. Dapat menentukan bagaimana tolok ukur keberhasilan proses pendidikan
  1. Landasan psikologis
Kurikulum harus dilandasi oleh psikologi sebagai acuan dalam menentukan apa dan bagaimana perilaku peserta didik itu harus dikembangkan.  Karakteristik perilaku setiap individu padaberbagai tingkatan perkembangan  merupakan kajian  dari ppsikologi perkembangan. Oleh karena itu, dalam pengembangan kurikulum  landasan psikologi mutlak harus dijadikan dasar .  Perkembagan-perkembangan  yang dialami oleh peserta didik pada umumnya diperoleh melalui proses belajar.
Perubahan perilaku peserta didik dipengaruhi oleh faktor kematangan dan faktor dari luar program pendidikan atau lingkungan. Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan sudah pasti berhubungan dengan proses perubahan perilaku peserta didik. Oleh karena itu diperlukannya landasan psikologis untuk dapat mengembangkan kurikulum agar perencanaan dalam kurikulum sejalan dengan keadaan-keadaan yang terdapat dalam peserta didikdua bidang psikologi yang mendasari pengembangan kurikulum yaitu
  1. Psikologi perkembangan
Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu berkenaan dengan perkembangannya. Dalam psikologi perkembangan dikaji tentang hakekat perkembangan, pentahapan perkembangan, aspek-aspek perkembangan, tugas-tugas perkembangan individu, serta hal-hal lainnya yang berhubungan perkembangan individu, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan mendasari pengembangan kurikulum.
  1. Psikologi belajar.
Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan kurikulum.
Psikologi atau teori belajar yang berkembang pada dasarnya dapat dikelompokkan ke dalam tiga rumpun, yaitu : Teori Disiplin Mental atau Teori Daya (Faculty Theory), Behaviorisme, dan Organismik atau kognitif Gestalt Field.
a.       Menurut Teori Daya (Disiplin Mental)
Menurut teori ini, sejak kelahirannya anak/individu telah memiliki otensi-potensi atau daya-daya tertentu (faculties) yang masing-masing memiliki fungsi tertentu, seperti potensi/daya mengingat, daya berfikir, daya mencurahkan pendapat, daya mengamati, daya memecahkan masalah, dan daya-daya lainnya. Daya-daya tersebut dapat dilatih agar dapat berfungsi dengan baik. Daya-daya yang telah terlatih dapat dipindahkan dalam pembentukan daya-daya lain. Pemindahan (transfer) ini mutlak dilakukan melalui latihan (drill), karena itu pengertian mengajar menurut teori ini adalah melatih peserta didik dalam daya-daya itu, cara mempelajarinya pada umumnya melalui hapalan dan latihan.
b.      Teori Behaviorisme
Rumpun teori ini mencakup tiga teori, yaitu koneksionisme atau teori asosiasi, teori kondisioning, dan teori reinforcement (operant conditioning). Behaviorisme berangkat dari asumsi bahwa individu tidak membawa potensi sejak lahir. Perkembangan individu ditentukan oleh lingkungan (keluarga, sekolah, masyarakat). Teori ini tidak mengakui sesuatu yang sifatnya mental, perkembangan anak menyangkut hal-hal nyata yang dapat dilihat dan diamati. Teori Asosiasi adalah teori yang awal dari rumpun Behaviorisme. Menurut teori ini kehidupan tunduk kepada hokum stimulus-respon atau aksi-reaksi. Belajar merupakan upaya untuk membentuk hubungan stimulus-respon sebanyak-banyaknya.
c.       Teori Organismik (Gestalt)
Teori ini mengacu pada pengertian bahwa keseluruhan lebih bermakna daripada bagian-bagian, keseluruhan bukan kumpulan dari bagian-bagian. Manusia dianggap sebagai makhluk organism yang melakukan hubungan timbale balik dengan lingkungan secara keseluruhan, hubungan ini dijalin oleh stimulus dan respon. Menurut teori ini, Stimulus yang hadir itu diseleksi menurut tujuannya, kemudian individu melakukan interaksi dengannya dan seterusnya terjadi perbuatan belajar. Disini peran guru adalah sebagai pembimbing bukan penyampai pengetahuan, siswa berperan sebagai pengelola bahan pelajaran
3.      Landasan sosiologis
Pendidikan  adalah proses budaya untuk meningkatkan harkat dan martabat manusia.  Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani  menuju manusia yang berbudaya.   Dalam konteks  inilah mahasiswa dihadapkan dengan budaya manusia, dibina dan dikembangkan  sesuai dengan nilai budayanya,  serta dipupuk kemampuan dirinya menjadi manusia.
Kurikulum dapat dipandang sebagai suatu rancangan pendidikan. Sebagai suatu rancangan, kurikulum menentukan pelaksanaan dan hasil pendidikan. Kita maklumi bahwa pendidikan merupakan usaha mempersiapkan peserta didik untuk terjun ke lingkungan masyarakat. Pendidikan bukan hanya untuk pendidikan semata, namun memberikan bekal pengetahuan, keterampilan serta nilai-nilai untuk hidup, bekerja dan mencapai perkembangan lebih lanjut di masyarakat.
1)   Perkembangan Peserta Didik dan Kurikulum
Faktor kebudayaan merupakan bagian yang penting dalam pengembangan kurikulum dengan pertimbangan :
a.       Individu lahir tak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita-cita, sikap, pengetahuan, keterampilan, dan lain sebagainya.
b.      Kurikulum dalam suatu masyarakat pada dasarnya merupakan refleksi dari cara orang berpikir, berasa, bercita-cita, atau kebiasaan-kebiasaan.
c.       Seluruh nilai yang telah disepakati masyarakat dapat pula disebut kebudayaan. Kebudayaan adalah hasil dari cipta, rasa, karsa manusia yang diwujudkan dalam tiga gejala, yaitu:
-          Ide, konsep, gagasan, nilai, norma, peraturan, dan lain-lain.
-       Kegiatan, yaitu tindakan berpola dari manusia dalam bermasyarakat.
-          Benda hasil karya manusia.
2)      Masyarakat dan Kurikulum
Mayarakat adalah suatu kelompok individu yang diorganisasikan mereka sendiri ke dalam kelompok-kelompok berbeda. Kebudayaan hendaknya dibedakan dengan istilah masyarakat yang mempunyai arti suatu kelompok individu yang terorganisir yang berpikir tentang dirinya sebagai suatu yang berbeda dengan kelompok atau masyarakat lainnya. Tiap masyarakat mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri, dengan demikian yang membedakan masyarakat yang satu dengan masyarakat lainnya adalah kebudayaan. Hal ini mempunyai implikasi bahwa apa yang menjadi keyakinan pemikiran seseorang, reaksi terhadap perangsang sangat tergantung kepada kebudayaan di mana ia dibesarkan.
Perubahan sosial budaya dalam suatu masyarakat akan mengubah pula kebutuhan masyarakat. Kebutuhan masyarakat juga dipenuhi oleh kondisi dari masyarakat itu sendiri. Adanya perbedaan antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya sebagian besar disebabkan oleh kualitas individu-individu yang menjadi anggota masyarakat tersebut. Di sisi lain kebutuhan masyarakat pada umumnya juga berpengaruh terhadap individu-individu sebagai sebagai anggota masyarakat. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum yang hanya berdasarkan pada keterampilan dasar saja tidak akan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat modern yang bersifat teknologis dan mengglobal.
Pengembangan kurikulum juga harus ditekankan pada pengembangan individu yang mencakup keterkaitannya dengan lingkungan sosial setempat. Lingkungan sosial budaya merupakan sumber daya yang mencakup kebudayaan, ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan uraian di atas, sangatlah penting memperhatikan faktor kebutuhan masyarakat dalam pengembangan kurikulum. Perkembangan masyarakat menuntut tersedianya proses pendidikan yang relevan. Untuk terciptanya proses pendidikan yang sesuai dengan perkembangan masyarakat maka diperlukan rancangan berupa kurikulum yang landasan pengembangannya memperhatikan faktor perkembangan masyarakat.
4.      Landasan ilmu pengetahuan dan tekhnologi
Teknologi adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan untuk memecahkan  masalah-masalah praktis.  Ilmu dan  teknologi  tidak bisa dipisahkan dan selalu berkembang dengan pesat seiring lajunya perkembangan masyarakat.  Pendidikan merupakan upaya menyiapkan mahasiswa  menghadapi  masa depan  dan perubahan masyarakat, maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan ilmu pengetahuan dan teknologi.  Seni merupakan hal yang penting yang dapat memperhalus budi pekerti.
Kemajuan cepat dunia dalam bidang informasi dan teknologi dalam dua dasa warsa terakhir telah berpengaruh pada peradaban manusia melebihi jangkauan pemikiran manusia sebelumnya. Pengaruh ini terlihat pada pergeseran tatanan sosial, ekonomi dan politik yang memerlukan keseimbangan baru antara nilai-nilai, pemikiran dan cara-cara kehidupan yang berlaku pada konteks global dan lokal.
Selain itu, dalam abad pengetahuan sekarang ini, diperlukan masyarakat yang berpengetahuan melalui belajar sepanjang hayat dengan standar mutu yang tinggi. Sifat pengetahuan dan keterampilan yang harus dikuasai masyarakat sangat beragam dan canggih, sehingga diperlukan kurikulum yang disertai dengan kemampuan meta-kognisi dan kompetensi untuk berfikir dan belajar bagaimana belajar (learning to learn) dalam mengakses, memilih dan menilai pengetahuan, serta mengatasi siatuasi yang ambigu dan antisipatif terhadap ketidakpastian.
Untuk mencapai tujuan dan kemampuan- kemampuan tersebut, maka ada hal-hal yang dijadikan sebagai dasar, yakni:
1)      Pembangunan IPTEK harus berada dalam keseimbangan yang dinamis dan efektif dengan pembinaan sumber daya manusia, pengembangan sarana dan prasarana iptek, pelaksanaan dan penelitian dan pengembangan serta rekayasa dan produksi barang dan jasa.
2)      Pembangunan IPTEK tertuju pada peningkatan kualitas, yakni untuk meningkatkan kualitas kesejahteraan dan kehidupan bangsa.
3)      Pembangunan IPTEK harus selaras (relevan) dengan nilai-nilai agama, nilai luhur budaya bangsa, kondisi sosial budaya, dan lingkungan hidup.
4)      Pembangunan IPTEK harus berpijak pada upaya peningkatan produktivitas, efesiensi dan efektivitas penelitian dan pengembangan yang lebih tinggi.
5)      Pembangunan IPTEK berdasarkan pada asas pemanfaatannya yang memberikan nilai tambah dan memberikan pemecahan masalah konkret dalam pembangunan.

BAB III
KESIMPULAN


Kurikulum baik pada tahap kurikulum sebagai ide, rencana, pengalaman maupun kurikulum sebagai hasil dalam pengembangannya harus mengacu atau menggunakan landasan yang kuat dan kokoh, agar kurikulum tersebut dapat berfungsi serta berperan sesuai dengan tuntutan pendidikan yang ingin dihasilkan seperti tercantum dalam rumusan tujuan pendidikan nasional yang telah digariskan dalam UU No.20 Tahun 2003.
SUMBER

Sumber : http://blogzulkifli.wordpress.com/2011/06/06/makalah-landasan-pengembangan-kurikulum/
http://fabelster.wordpress.com/2012/12/18/landasan-pengembangan-kurikulum/

0 komentar:

Posting Komentar